PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN
LATAR BELAKANG
Manusia
di dalam kehidupanya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusai terbentuk dari
hasil integrasi social dengan sesame dalam kelompok dan masyaraka. Di dalam
kelompok ataupun organisasi, selalu terdapat bentuk kepmimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari atasan dan bawahanya.
Diantara
kedua belah pihak (atasan dan bawahanya) harus ada komunikasi secar dua arah
tau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang
diharapkan untuk mencapai cita-cita. Baik cita- cita pribadi, maupun kelompok,
untuk mencapai tujuan suatu organisasi.
Komunikasi dapat dipandang sebagai sarana untuk
menyalurkan masukan sosial kedalam system social. Komunikasi juga merupakan
saran memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi
dan sarana untuk mencapai tujuan.
Dalam
dunia usaha dewasa ini, informasi mengalir lebih cepat. Kemacetan yang sangat
singkat sekalipun dalam lini produksi yang bergerak cepat dapat menyebabkan
kerugian besar karena hilangnya hasil produksi. Unsure penting lainnya adalah
jumlah informasi yang makin lama makin membengkak dan sering menyebabkan beban
informasi yang berlebihan, yang sebenarnya diperlukan bukanlah informasi yang
lebih banyak, tetapi informasi yang relevan. Dengan demikian perlu ditentukan
jenis informasi yang diperlukan manajer dalam rangka pengambilan keputusan yang
efektif.
DEFINISI KOMUNIKASI
Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatus, yang berarti “berbagi”
atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus
bahasa mengacu pada suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.
Sedangkan
untuk istilah organisasi berasal dari bahasa Latin Organizare, yang secara
harafiah berarti perpaduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling
bergantung. Evert M. Rogers dan Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya Communications in Organization, mendefinisikan
organisasi sebagai suatu system yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas.
Komunikasi
adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu pihak ke pihak
yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang sama. Komunikasi
adalah salah satu fungsi dasar dari manajemen dalam organisasi dan pentingnya
hampir tidak bisa terlalu ditekankan. Ini adalah proses transmisi informasi,
gagasan, pikiran, pendapat dan rencana antara berbagai bagian organisasi.
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan
perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Hal
ini tidak mungkin untuk memiliki hubungan manusia tanpa komunikasi. Namun,
komunikasi yang baik dan efektif diperlukan tidak hanya untuk hubungan manusia
yang baik tetapi juga untuk bisnis yang baik dan sukses.
Jadi
yang dimaksud dengan Komunikasi organisasi adalah
pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal
maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Ada pula pengertian
komunikasi dalam organisasi adalah juga dapat diartikan sebagai komunikasi di
suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun
dengan khalayak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan
kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,
1989:214). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi
itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa
cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang
harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa
pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang
disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih
kepada anggotanya secara individual.
Pada pokoknya komunikasi adalah: pusat dan minat dari suatu situasi
perilaku dimana suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada seorang penerima
dengan tujuan mempengaruhi perilaku si penerima (Moore, 1988:89). Di dalam
suatu organisasi ternyata komunikasi sangat memegang peranan penting, karena
komunikasi adalah alat yang dapat digunakan oleh semua pihak. Tinggal bagaimana
suatu pihak mempergunakan dengan tepat , jika komunikasi yang disampaikan tidak
tepat maka akan terjadi kesalahpahaman antara pemberi dan penerima pesan.
Komunikasi di dalam perusahaan atau organisasi terdiri dari:
1. Komunikasi Vertikal
Yaitu
komunikasi dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Yaitu komunikasi dari
pimpinan ke bawahan dan dari bawahan ke pimpinan. Atasan memberi
instruksi-instruksi kepada karyawan baik secara formal dan non formal, dalam
hal ini bawahan memberikan laporan-laporan , saran-saran dan
pengaduan-pengaduan kepada pimpinan.
2. Komunikasi Horizontal
Komunikasi
ini sifatnya mendatar, yang terjadi antar anggota, staf, karyawan dengan
karyawan, mahasiswa dengan mahasiswa. Komunikasi ini sifatnya lebih non formal,
meski ada yang formal juga.
3. Komunikasi Diagonal
Komunikasi
ini menunjukkan hubungan-hubungan dengan orang-orang yang mempunyai status
lebih tinggi atau lebih rendah.
Komunikasi Organisasi juga dapat didefinisikan
sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang
merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari
unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya
dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
GAYA
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Enam gaya komunikasi menurut Steward L.Tubbs dan Sylvia
Moss:
1.
Gaya komunikasi mengendalikan
Gaya komunikasi mengendalikan
(dalam bahasa Inggris: The Controlling Style) ditandai dengan adanya satu
kehendak atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran
dan tanggapan orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini
dikenal dengan nama komunikator satu arah atau one-way communications.Pihak -
pihak yang memakai controlling style of communication ini, lebih memusatkan
perhatian kepada pengiriman pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan.
Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan.
Mereka tidak mempunyai rasa ketertarikan dan perhatian pada umpan balik,
kecuali jika umpan balik atau feedback tersebut digunakan untuk kepentingan
pribadi mereka. Para komunikator satu arah tersebut tidak khawatir dengan
pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha menggunakan kewenangan dan
kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi pandangan-pandangannya.
Pesan-pesan yag
berasal dari komunikator satu arah ini, tidak berusaha ‘menjual’ gagasan agar
dibicarakan bersama namun lebih pada usaha menjelaskan kepada orang lain apa
yang dilakukannya. The controlling style of communication ini sering dipakai
untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan bertindak secara efektif, dan
pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya komunikasi yang bersifat
mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga menyebabkan orang lain
memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2.
Gaya komunikasi dua arah
Dalam gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi The Equalitarian Style dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat
dalam suasana yang rileks, santai dan informal. Dalam suasana yang demikian,
memungkinkan setiap anggota organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian
bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way communication).
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna
kesamaan ini, adalah orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi
serta kemampuan membina hubungan yang baik dengan orang lain baik dalam konteks
pribadi maupun dalam lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan
memudahkan tindak komunikasi dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam
memelihara empati dan kerja sama, khususnya dalam situasi untuk mengambil
keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya komunikasi ini pula
yang menjamin berlangsungnya tindak berbagi informasi di antara para anggota
dalam suatu organisasi.
3. The Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender) lebih memberi perhatian kepada
keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan jalan berbagi informasi tentang
tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan prosedur yang berlaku dalam
organisasi tersebut.
Stogdill dan Coons dari The Bureau of Business Research of Ohio
State University, menemukan dimensi
dari kepemimpinan yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau
Initiating Structure. Stogdill dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa
(initiator) struktur yang efisien adalah orang-orang yang mampu merencanakan
pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan tujuan organisasi, kerangka penugasan
dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki
kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami bahwa
lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The
dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye
ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau saleswomen).
Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi
atau merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih
baik. Gaya komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa
karyawan atau bawahan mempunyai kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah
yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan
untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan
untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk
memberi perintah dan mengontrol orang lain.
Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim
pesan atau sender sedang bekerja sama dengan orang-orang yang berpengetahuan
luas, berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua
tugas atau pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan
adalah melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari
orang-orang yang memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena
ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh
orang-orang tersebut.
Dalam deskripsi yang kongkrit adalah ketika seseorang mengatakan:
“Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”. Pernyataan ini bermakna
bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi juga
mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang
lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi
organisasi.
PROSES
KOMUNIKASI ORGANISASI
KOMUNIKASI
INTERNAL
Pertukaran
gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam
struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan
vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan dapat berjalan.[3]. Empat
Dimensi Komunikasi organisasi
1.
Downward Communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada
bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah:
1.
Pemberian atau penyimpanan instruksi
kerja (job instruction)
2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa
suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
3.
Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan
yang berlaku (procedures and practices)
4.
Pemberian motivasi kepada karyawan untuk
bekerja lebih baik.
Ada 4 metode dalam penyampaian informasi kepada para
pegawai menurut Level (1972):
1. Metode
tulisan
2. Metode
lisan
3. Metode
tulisan diikuti lisan
4. Metode
lisan diikuti tulisan
5.
Upward Communication
Yaitu komunikasi yang terjadi
ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus
komunikasi dari bawah ke atas ini adalah:
1.
Penyampaian informai tentang pekerjaan
pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan
2.
Penyampaian informasi tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh
bawahan
3.
Penyampaian saran-saran perbaikan dari
bawahan
4.
Penyampaian keluhan dari bawahan tentang
dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu
rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi
yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Sharma (1979)
mengemukakan 4 alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat amat sulit:
1. Kecenderungan
bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran mereka
2. Perasaan
bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada masalah yang dialami pegawai
3. Kurangnya
penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai
4. Perasaan
bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan
pegawai
3. Horizontal
communication
Yaitu komunikasi yang berlangsung
di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah:
1. Memperbaiki
koordinasi tugas
2. Upaya
pemecahan masalah
3. Saling
berbagi informasi
4. Upaya
pemecahan konflik
5. Membina
hubungan melalui kegiatan bersama
4. Interline
communication
Yaitu tindak komunikasi untuk berbagi informasi melewati
batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi
lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan
jabatan fungsional. Karena terdapat banyak komunikasi lintas-saluran yang
dilakukan spesialis staf dan orang-orang lainnya yang perlu berhubungan dalam
rantai-rantai perintah lain, diperlukan kebijakan organisasi untuk membimbing
komunikasi lintas-saluran.
Ada dua kondisi
yang harus dipenuhi dalam menggunakan komunikasi lintas-saluran:
1. Setiap
pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran harus meminta izin terlebih
dahulu dari atasannya langsung
2. Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi
lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya
SUMBER:
http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi_organisasi
, (Diakses pada tanggal 3 April 2013, jam 20.00)
http://www.slideshare.net/adityalakzak/makalah-teh-cucu
, (Diakses pada tanggal 3 April 2013, jam 20.00)
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2069026-fungsi-komunikasi-dalam-organisasi/
, (Diakses pada tanggal 3 April 2013, jam 20.00)
http://indahdear.blogspot.com/2010/11/peran-komunikasi-dalam-perusahaan.html
, (Diakses pada tanggal 3 April 2013, jam 20.00)
http://cimuncangcoorp.blogspot.com/2011/01/peran-organisasi-dalam-perusahaan.html
, (Diakses pada tangal 3 April 2013, jam 20.00)