PENGERTIAN
MASYARAKAT
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem
sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society,
sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti
ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang
istilah ilmiahnya berinteraksi. Ada beberapa pengertian masyarakat:
- Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.
- Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
- Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
(sumber :
http://smileboys.blogspot.com/2008/08/pengertian-masyarakat.html)
Syarat-syarat
untuk menjadi masyarakat yaitu:
- Harus ada pengumpulan manusia dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.
- Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.
- Adanya aturan-aturan atau undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
(Sumber:
Buku MKDU Ilmu Sosial Dasar Oleh : Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk Penerbit
Gunadarma)
STUDI KASUS
Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat
Hutan rakyat merupakan salah satu kawasan hutan hak
yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat, nilai strategis kawasan
ini meliputi nilai sosial, nilai ekonomi, dan nilai ekologi yang mendukung
kawasan lainnya.
Salah satu program pemerintah dalam mengembangkan
hutan rakyat adalah Program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(GNRHL/Gerhan) yang merupakan salah satu upaya untuk memulihkan,
mempertahankan, meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung,
produktifitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap
terjaga. Salah satu kegiatan dalam Program Gerhan adalah pembuatan tanaman
hutan rakyat yang dikembangkan pada lahan kritis dan tidak produktif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan pengelolaan hutan rakyat di Desa Sendangijo, bentuk partisipasi
masyarakat Desa Sendangijo dalam pengelolaan hutan rakyat, dan peran Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri dalam mendorong partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif dengan menggu-nakan data primer dan sekunder yang dikumpulkan dengan
wawancara mendalam, serta dilakukan observasi dan studi dokumentasi. Pemilihan
sampel digunakan purposive sampling dengan teknik snowball sampling.
Beberapa hal ditemukan dalam penelitian pemahaman
masyarakat terhadap pengelolaan hutan rakyat dalam Program gerhan berkaitan
dengan manfaat hutan rakyat dalam kehidupan sehari-hari, yaitu untuk mensiasati
kondisi lahan yang tidak menguntungkan untuk usahatani tanaman semusim
(palawija) dan kemanfaatan ekonomi hutan rakyat di waktu yang akan datang.
Meskipun Program Gerhan merupakan program yang bersifat top-down, akan tetapi
karena program tersebut sesuai dengan kondisi dan keinginan masyarakat, maka
partisipasi masyarakat setelah program berakhir tetap terus berlangsung.
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat antara lain partisipasi
dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan, menikmati hasil pengelolaan,
dan pemeliharaan hutan rakyat. Partisipasi masyarakat dalam program tersebut
didorong antara lain oleh adanya kepemilikan lahan selain lahan tegal,
pekerjaan di luar usahatani, dan dukungan keuangan dari luar desa. Bentuk
partisipasi masyarakat antara lain mengikuti kegiatan sosialisasi, ikut
menentukan lokasi kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan memelihara hasil
kegiatan. Untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan rakyat
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Wonogiri menyelenggarakan sosialisasi
kegiatan, penyuluhan, fasilitasi, dan pelatihan petani,
GOLONGAN MASYARAKAT
Dalam perkembangan dan pertumbuhannya
masyarakat dapat digolongkan menjadi:
- Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yagn buas saat itu.
- Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih dikenal dengan sebuatan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai.
STUDI KASUS
PENDIDIKAN ANAK DI LINGKUNGAN KELUARGA
GELANDANGAN
Pembangunan modern, Indonesia telah berkembang dengan pesat. Beberapa fasilitas infra struktur, seperti gedung, jalan bebas hambatan, jalan
raya dan taman, telah dibangun dengan mantap dan indah. Akan tetapi hal
tersebut mengalami hambatan bagi bangsa Indonesia yang dalam tahap berkembang,
hambatan tersebut dimulai sejak adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan
sehingga bangsa Indonesia pada masa sekarang masih menghadapi pemasalahan yang
cukup kompleks, meliputi aspek politik, ekonomi, budaya, pendidikan serta
sosial.
Minimnya Pendidikan Formal masyarakat Indonesia
merupakan suatu hambatan bagi bangsa Indonesia untuk berkembang maju. Berdampak
negatif terhadap keluarga tidak mampu atau keluarga golongan bawah. Dampak
negatif tersebut antara lain kemampuan keluarga dalam membiayai sekolah
anaknya. Bagi keluarga gelandangan, permasalahan yang dialami itu bersifat
multi demensional sehingga mengakibatkan kehidupannya semakin terpuruk.
Munculnya gelandangan di lingkungan
perkotaan merupakan gejala sosial budaya yang menarik. Gejala
sosial ini kebanyakan dikaitkan dengan perkembangan lingkungan
perkotaan, karena didaerah kota sampai saat ini relatif masih membutuhkan
tenaga yang murah, kasar dan tidak terdidik dalam mendukung proses
perkembangannya.
Kondisi semacam ini membuktikan bahwa semakin kuatnya
dikotomi antara kehidupan yang “resmi” kota dan kehidupan lain yang berbeda atau
berseberangan dengan kontruksi kehidupan yang resmi tersebut. Pada
kenyataannya Indonesia pada saat ini merupakan salah satu negara sedang
berkembang yang ketinggalan jauh dibandingkan dengan negara lainnya, seperti
Jepang, Korea, Cina, Malaysia dsb. Keterbelakangan itu menyangkut di bidang
ekonomi, teknologi maupun bidang pendidikan. Guna menanggulangi hal tersebut
khususnya dibidang pendidikan, pemerintah berupaya mengadakan atau lebih
menekankan program Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun. Karena kita sadari pendidikan
diajarkan sejak anak masih kecil, jadi bahwasannya anak adalah generasi penerus
bangsa yang diharapkan mampu mendapatkan pendidikan yang layak
serendah-rendahnya setingkat SLTP sebagai bekal yang berguna bagi masa depannya
kelak, di samping itu anak dapat menikamati masa kecilnya secara wajar dalam
lingkup pergaulan yang layak. Hal ini perlu diperhatikan agar anak dapat tumbuh
dan mengembangkan kepribadianya seiring dengan bertambahnya usia sampai berusia
16 tahun. Program tersebut berlangsung dari tahun 1990. Program Pendidikan
Wajib Belajar 9 Tahun yaitu setiap anak minimal harus memiiki ijazah sampai
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) bukan hanya sekedar sampai bangku
sekolah dasar.
Kenyataanya program tersebut hanya dapat dinikmati
atau dilaksanakan pada masayarakat golongan keluarga yang mampu, lain halnya
dengan keluarga yang tidak mampu (keluarga gelandangan), bagi mereka untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka sudah kurang, apalagi harus
untuk memikirkan biaya akan pendidikan bagi anaknya. Keadaan seperti inilah
yang menyebabkan negara kita semakin terbelakang, karena Sumber Daya Manusia
(SDM) yang rendah itu menjadi salah satu faktor utama mengakibatkan kita
terpuruk. Keterpurukan itu berdampak negatif pada masyarakat, misal semakin
sulitnya seseorang mencari suatu pekerjaan, karena semakin sempit serta
semakin sedikitnya lapangan kerja yang
ada sehingga rakyat sebagian hidup dalam
keadaan yang tidak memiliki daya, sehingga menjadi suatu penyakit masyarakat
yaitu Gelandangan.
Masalah gelandangan merupakan salah satu dari penyakit
masyarakat yang dari dahulu tidak dapat ditemukan jalan keluarnya. Contoh dari
masalah itu misalnya pemerintah sudah berupaya mengentaskan gelandangan
tersebut dari keadaan. Kenyataannya keadaan itu akan kembali lagi seperti
semula. Masalah tersebut akan terselesaikan apabila si gelandangan serta
pemerintah berupaya penuh akan pengentasan kemiskinan tersebut.
Masalah ini berkaitan erat dengan beberapa faktor
penyebab gelandangan yang paling dominan antara lain:
- Kemiskinan, baik kemiskinan kelembagaan maupun kemiskinan pribadi.
- Lingkungan, juga merupakan salah satu faktor terjadinya gelandangan.
Yang paling utama dalam masalah ini adalah gelandangan
yang sudah mempunyai keluarga serta mempunyai anak. Dari sinilah sudah tampak
baik secara langsung maupun tidak langsung adanya “regenerasi” dari gelandangan
itu sendiri.
Umumnya keluarga gelandangan, khususnya orang tua
tidak memikirkan pendidikan anaknya dengan alasan kondisi miskin yang menimpa
keluarga tersebut. Orang tua tidak dapat memberikan bimbingan pada
anak-anaknya, padahal pendidikan serta bimbingan orang tua atau orang dewasa
yang berada di sekitar anak itu sangat dibutuhkan oleh anak pada usia
pertumbuhan dan perkembangan dalam hidup ini. Data tersebut merupakan gambaran
umum, akan tetapi juga banyak anak dari keluarga gelandangan yang dapat
merasakan bangku sekolahan.
Pengamatan peneliti selama ini menunjukkan bahwa peran
orang tua sangat dominan dalam pendidikan bagi anak. Lingkungan keluarga adalah
lingkungan yang berperan terhadap perkembangan diri pribadi anak. Di
samping itu kesadaran dalam diri anak untuk tetap bersekolah minimal sampai
tingkat pendidikan lanjutan pertama masih kurang.
Masyarakat golongan kurang mampu (gelandangan), pada dasarnya
gelandangan masih memiliki ketangguhan dan ketrampilan dasar, hanya karena
sebab-sebab yang unik mereka tidak dapat hidup dan berkehidupan sebagai
masyarakat yang pada umunya. Sebenarnya anak dari keluarga gelandangan
membutuhkan dunia bermain maupun belajar di bangku sekolah. Umumnya banyak anak
dari keluarga gelandangan yang tidak dapat mengenyam bangku sekolah serta
mendapatkan bimbingan dari orang tua mereka dapat dilihat diberbagai tempat
seperti halnya di traffic light disitu dapat dilihat banyak anak-anak yang berkeliaran pada jam-jam dimana semestinya anak-anak sekolah,
disisi lain ada juga sebagian yang dari keluarga gelandangan yang anaknya dapat
sekolah. Anak-anak dari keluarga gelandangan pada umumnya
malah harus berfikir bahwa yang penting ialah untuk segera dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya yakni pangan, sandang serta papan.
REVIEW:
Menurut saya, yang dilakukan oleh
masyarkat di Kabupaten Wonogiri itu sangat baik sekali, selain bisa
memanfaatkan lahan untuk usaha tani, juga bisa membantu mencegah global
warming, untuk itu bermasyarakat sangat dibutuhkan unutk menjalin hubungan
bermasyarakat.
Menurut saya,
pendidikan untuk keluarga gelandangan itu sangat diperlukan, karena akan
membantu perkembangan negara khususnya di SDM, namun pada kenyataannya masih
banyak keluarga gelandangan yang tidak dapat pendidikan yang sepantasnya,
sehingga semakin memperburuk kondisi kepadatan penduduk. Seharusnya pemerintah
dan masyarakat saling bekerja sama untuk menanggulangi permasalah ini, jangan
hanya memikirkan hal-hal yang menguntungkan diri sendiri saja.
No comments:
Post a Comment
Don't forget to give your's comennt :)
Thanks for a lot