Madiun merupakan
suatu wilayah yang dirintis oleh Ki Panembahan Ronggo Jumeno atau
biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal kata Madiun dapat diartikan
dari kata "medi" (hantu) dan "ayun-ayun" (berayunan), maksudnya
adalah bahwa ketika Ronggo Jumeno melakukan "Babat tanah Madiun"
terjadi banyak hantu yang berkeliaran. Penjelasan kedua karena nama keris yang
dimiliki oleh Ronggo Jumeno bernama keris Tundhung Medhiun. Pada mulanya
bukan dinamakan Madiun, tetapi Wonosari.
- Sebelum
berubah menjadi Madiun, nama yang dipakai ada beberapa versi:
Pada sejarah Kabupaten Madiun disebutkan 2 nama yaitu yaitu (desa/kabupaten) Wonorejo dan Purbaya. Sementara di Wikipedia muncul 2 nama yaitu Wonosari dan Purabaya
- Nama
Madiun baru digunakan sejak tanggal 16 Nopember 1590 Masehi (untuk
menggantikan nama (Purbaya / Purabaya).
- Asal
mula pemerintahan Kabupaten Madiun awalnya bermula dari Nguwaran Dolopo
dan kemudian pusat pemerintahan dipindahkan ke desa Sogaten. Pada tahun
1575 berpindah lagi ke Desa Wonorejo atau Kuncen, Kota Madiun sampai tahun
1590
- Pusat
pemerintahan Kota Madiun semula adalah "Kuto Miring" terletak di
Desa Demangan Kecamatan Taman Kota Madiun, kemudian digeser ke utara lagi
yaitu ditengah Kota Madiun (sekarang di Komplek Perumahan Dinas Bupati
Madiun).
- Beberapa
peninggalan keadipatian Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan
Kuncen, dimana terdapat makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Patih
Wonosari selain makam para Bupati Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu
Masjid Nur Hidayatullah dll.
- Di
Kelurahan Taman juga dimakamkan pahlawan-pahlawan pada zaman lampau,
termasuk Kyai Ronggo (tapi tak jelas disebutkan yang mana, karena Ronggo
ada Ronggo I s/d III) Ali Basah Sentot Prawirodirdjo adalah putra dari
Ronggo II.
- Pada
tanggal 1 Januari 1832 Madiun secara resmi dikuasai oleh Pemerintah Hindia
belanda dan dibentuk suatu Tata Pemerintahan yang berstatus
"Karisidenan".
- Ibu
Kota Karisidenan berlokasi di Desa Kartoharjo (tempat Patih Kartohardjo)
yang berdekatan dengan Istana Kabupaten Madiun di Pangongangan.
- Pada
tahun 1906 Kerajaan Belanda mengeluarkan Undang-undang yang bertujuan
untuk memisahkan wilayah perkotaan Madiun dari Pemerintah Kabupaten
Madiun.
Sejak awal Madiun
merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Dalam
perjalanan sejarah Mataram, Madiun memang sangat strategis mengingat wilayahnya
terletak di tengah-tengah perbatasan dengan Kerajaan Kadiri (Daha). Oleh karena
itu pada masa pemerintahan Mataram banyak pemberontak-pemberontak kerajaan
Mataram yang membangun basis kekuatan di Madiun. Seperti munculnya tokoh Retno
Dumilah.
Beberapa
peninggalan Kadipaten Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan Kuncen,
dimana terdapat makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Patih Wonosari selain
makam para Bupati Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu Masjid Nur
Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling masjid, serta sendang (tempat
pemandian) keramat.
Sejak masa
Hindia-Belanda, Madiun adalah suatu gemeente yang berpemerintahan sendiri
(swapraja) karena komunitas Belanda yang bekerja di berbagai perkebunan dan
industri tidak ingin diperintah oleh Bupati (yang adalah orang Jawa). Sebagai
suatu kota swapraja, Madiun didirikan 20 Juni 1918, dengan dipimpin pertama
kali oleh asisten residen Madiun. Baru sejak 1927 dipimpin oleh seorang
walikota. Berikut adalah walikota Madiun sejak 1927:
1. Mr. K. A. Schotman
2. J.H. Boerstra
3. Mr. L. van Dijk
4. Mr. Ali Sastro
Amidjojo
5. Dr. Mr. R. M.
Soebroto
6. Mr. R. Soesanto
Tirtoprodjo
7. Soedibjo
8. R. Poerbo
Sisworo
9. Soepardi
10. R. Mochamad
11. R. M. Soediono
12. R. Singgih
13. R. Moentoro
14. R. Moestadjab
15. R. Roeslan
Wongsokoesoemo
16. R. Soepardi
17. Soemadi
18. Joebagjo
19. R. Roekito,
B.A.
20. Drs. Imam
Soenardji
21. Achmad Dawaki,
B.A.
22. Drs. Marsoedi
23. Drs. Masdra M.
Jasin
24. Drs. Bambang
Pamoedjo
25. Drs. H. Achmad
Ali
26. H.Kokok Raya,
S.H., M.Hum
27. Drs. H.
Bambang Irianto, SH.MM
Kota Madiun dahulu merupakan pusat dari Karesidenan Madiun, yang meliputi wilayah Magetan, Ngawi,
Ponorogo, dan Pacitan. Meski berada di wilayah Jawa Timur, secara budaya Madiun
lebih dekat ke budaya Jawa Tengahan (Mataraman atau Solo-Yogya), karena Madiun
lama berada di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Pada tahun 1948, terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh PKI di Madiun, yang dipimpin oleh Musso di
dungus, Wungu, Kab Madiun yang sekarang di kenal dengan nama Monumen Kresek.
Sumber:
No comments:
Post a Comment
Don't forget to give your's comennt :)
Thanks for a lot