A.
Hubungan Ekologi Hutan Dengan
Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor
Tentu telah kita ketahui banyak tentang bencana alam
kebakaran hutan dan tanah longsor. Kedua bencana alam tersebut sering terjadi
di Negara kita ini. Kebakaran
hutan merupakan bencana alam berupa terbakarnya hutan yang disebabkan oleh dua
hal. Hal pertama yaitu disebabkan oleh ulah manusia. Manusia dengan sengaja
membakar hutan untuk menjadikan hutan tersebut menjadi lahan pertanian
masyarakat sekitar. Hal kedua yaitu disebabkan oleh gejala-gejala alam itu
sendiri.
Timbulnya bencana alam seperti kebakaran hutan, banjir
pada musim hujan, dan kekeringan pada musim kemarau, tanah longsor, gunung
meletus, punahnya berbagai kehidupan dari muka bumi merupakan masalah yang
berkaitan dengan keseimbangan ekologi.
Secara umum ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara organisme yang satu dengan organism
yang lain serta lingkungannya.[1] Hubungan timbal balik tersebut
tentunya berlaku juga pada kehidupan manusia. Manusia membutuhkan hutan hutan
untuk memenuhi banyak kebutuhan mereka. Sedangkan jika manusia membakar hutan
tanpa mempedulikan efek sampingnya, maka bencana-bencana lain akan muncul
sebagai efek samping tersebut. Salah satu contohnya adalah tanah longsor.
Dari penjelasan di atas, telah kita ketahui bahwa
kondisi alam dan perlakuan makhluk terhadapnya dapat mempengaruhi kondisi alam
dan kehidupan makhluk lain di sekitarnya. Dengan demikian benarlah jika ekologi
merupakan hal penting yang mempengaruhi kondisi system ekologi itu sendiri.
B.
Sebab Akibat Dari Bencana Alam Kebakaran
Hutan dan Tanah Longsor
Seperti yang telah dijelaskan, bencana alam memiliki
sebab-sebab dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Berikut ini adalah sebab
akibat dari kebakaran hutan dan tanah longsor.
Untuk yang
pertama ini adalah sebab akibat dari kebakaran hutan. Penyebab kebakaran hutan, yaitu:
1. Sambaran petir pada hutan yang
kering karena musim kemarau yang panjang.
2. Kecerobohan manusia antara lain
membuang punting rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
3. Aktivitas vulkanis seperti terkena
aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
4. Tindakan yang disengaja seperti
untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru.
5. Kebakaran di bawah tanah/ground fire
pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat
musim kemarau.
Akibat/dampak
dari kebakaran hutan, yaitu:
1. Menyebabkan emisi gas karbondioksida
ke atmosfer.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya
tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap, atau rusaknya habitat. Kebakaran
juga dapat menyebabkan spesies endemic/khas di suatu daerah turut punah sebelum
sempat dikenali.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa
minggu disaat musim hujan dan kekeringan disaat musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat
menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat sungai dan menyebabkan
kelaparan-kelaparan di daerah terpencil.
5. Kekeringan juga akan mengurangi
volume air waduk pada saat musim kemarau yang mengakibatkan terhentinya
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
6. Musnahnya bahan baku industry
perkayuan mebet/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat mengakibatkan
perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan puluhan
pekerja menjadi pengangguran.
7. Meningkatkan jumlah Penderita
Penyakit Saluran Pernapasan (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan
kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Polusi ini yang bisa
menambah parah pada penderita penyakit TBC/asma.
8. Mengurangi produksi oksigen yang
merupakan gas yang penting bagi makhluk hidup dikarenakan berkurangnya jumlah
hutan yang menjadi paru-paru dunia.[2]
Selanjutnya,
berikut adalah sebab akibat dari tanah longsor. Penyebab dari tanah longsor,
yaitu:
1. Erosi yang disebabkan aliran air permukaan
/air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng
bertanbah curam.
2. Lereng dari bebatuan dan tanah
diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat.
3. Gempa bumi menyebabkan getaran,
tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan
tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut.
4. Gunung berapi menciptakan simpanan
debu yang lengang, hujan lebat dan aliran-aliran debu-debu.
5. Getaran dari mesin, lalu lintas,
penggunaan bahan-bahan peledak dan bahkan petir.
6. Berat bidang lereng yang terlalu
berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju.
Akibat/dampak
dari tanah longsor yaitu:
1. Berubahnya struktur geografis tanah.
2. Kerusakan material pada
penduduk/masyarakat yang mendiami daerah lereng-lereng yang memiliki potensial
longsor.
3. Rusaknya beberapa jenis spesies
tumbuhan yang terkena dampak longsor.
4. Korban jiwa dari penduduk masyarakar
yang mendiami daerah lereng-lereng yang memiliki potensial longsor.[3]
C.
Metodologi Penyelesaian Masalah
Bencana Alam Kebakaran Hutan dan Tanah Longsor
Dari uraian-uraian sebelumnya kita telah mengetahui
sedikit banyak tentang bencana kebakaran hutan dan tanah longsor serta hubungan
antara kedua bencana tersebut. Kita harus menyadari bahwa bencana-bencana tersebut
tidak akan menemui penyelesaian jika bukan kita sendiri yang memulai
untuk mencari solusi-solusi penyelesaian masalah ini.
Ada banyak metodologi yang dapat kita terapkan sebagai
solusi pemecahan masalah bencana alam terutama kedua bencana yang kita bahas
disini yaitu bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. Semua metodologi dapat
muncul dari diri kita sendir jika kita mau sedikit membuka pikiran dan hati
untuk menyadari pentingnya masalah ini. Jika kita mampu melakukan
hal-hal tersebut, tentu akan ada banyak alternatif-alternatif cara
penanggulangan bencana yang dapat diterapkan dan tentunya akan semakin kecil
kerugian mahkluk yang disebabkan oleh bencana-bencana tersebut.
Disini penulis akan memaparkan sedikit ide tentang
pemecahan masalah bencana kebakaran hutan dan tanah longsor. Seperti yang telah dijelaskan dalam
pembahasan sebab akibat dari kedua bencana tersebut, ternyata kedua bencana
tersebut yaitu kebakaran hutan ternyata memiliki beberpa hubungan dengan
bencana tanah longsor. Adapun hubungan tersebut antara lain yaitu:
1. Tanah longsor disebabkan oleh aliran
air permukaan/air hujan. Jika hutan menmgalami kebakaran dan banyak spesies
pohon yang mati, maka tidak ada yang menampung air hujan yang merupakan fungsi
dari pohon-pohon tersebut. Dengan demikian air hujan akan dialirkan langsung
menuju lereng-lereng. Hal tersebut tentu dapat menyebabkan longsor pada
lereng-lereng terlebih lagi lereng-lereng yang memiliki struktur tanah yang
lemah.
2. Matinya pohon-pohon juga dapat
menyebabkan tanah ;longsor secara langsung. Akar-akar pohon yang berfungsi
menyangga dan memperkuat struktur tanah, dengan hilangnya pohon-pohon tersebut,
maka tidak lagi yang menyangga dan memperkuat struktur tanah tersebut terutama
di daerah lereng-lereng. Dengan demikian struktur tanah menjadi lemah dan mudah
longsor.
Dari pernyatan-pernyataan di atas, kita ditunut untuk
dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut serta memberikan
manfaat/memberdayakan bencana tersebut menjadi sebuah lahan penghidupan.
Berikut adalah beberpa ide dari penulis untuk menyelesaikan permasalahan
bencana kebakaran hutan dan tanah longsor beserta solusinya.
1. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh
alam tentu saja tidak dapat kita hindari karena hal tersebut merupakan
gejala-gejala alami dari alam itu sendiri. Namun demikian kita masih dapat
sidikit mengantisipasinya.
Kebakaran hutan alami ini biasanya
terjadi disaat musim kemarau panjang terutama dipicu dari wilayah padang
sabana. Disaat musim kemarau panjang, tumbuhan yang lebih cepat kekeringan
adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang tumbuh di padang sabana yang terletak
di tepi-tepi hutan. Dengan banyaknya rumput-rumputan yang kering saat pada
musin kemarau panjang, pemicu sedikit saja dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran di padang sabana dan kemudian kebakaran dapat menjalar ke hutan-hutan
disekitarnya. Pemicu kebakaran ini salah satunya yaitu oleh pemfokusan cahaya
matahari pada benda-benda di sekitar alam tersebut.
Dari peristiwa tersebut kita dapat
membuat sebuah solusi yang dapat mengurangi intensitas kebakaran hutan. Kita
dapat memanfaatkan rumput-rumputan kering yang ada disekitar wilayah tersebut.
Ada dua alternative disini. Pertama, kita dapat mengamabil rumput-rumputan
tersebut untuk digunakan sebagai makanan ternak masyarakat sekitar wilayah
tersebut. Kedua, kita dapat memanfaatkan rumput-rumputan tersebut untuk dibuat
menjadi pupuk kompos. Dengan mencampur bahan-bahan kimia dengan rumput-rumputan
tersebut kita dapat menghasilkan pupuk kompos yang dapat digunakan untuk
memupuk tanaman sendiri atau bisa juga untuk mendapatkan keuntungan dengan cara
menjualnya.
2. Tentang pembakaran hutan yang
disengaja oleh masyarakat sekitar wilayah bencana, sebaiknya masyarakat sekitar
tidak melakukan hal tersebut atau jika masyarakat wilayah hutan tetap melakukan
hal tersebut, maka akan terjadi hal-hal yang tentunya tidak diinginkan oleh
semua manusia.
Di sini kita dapat meneapkan
beberapa cara untuk tidak membakar hutan dengan mengalihkannya pada kegiatan
lain. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil pembakaran hutan sebagai
lahan pertanian baru. Namun hal tersebut justru akan menghasilkan bencana baru
yang lebih besar.
Solusi dari massalah ini, pertama
masyarakat tidak perlu membakar hutan sebagai lahan pertanian. Masyarakat
sekitar dapat mengalihkan keguatan-kegiatan pertanian di lereng-lereng yang
berada di tepi-tepi hutan. Seperti yang telah kita ketahui, yaitu pertanian di
wilayah lereng-lereng dengan memanfaatkan system terasering atau sejenisnya.
Masyarakat sekitar dapat melakukan cara yang sama dalam kegiatan pertanian.
Jika kegiatan terasering lebih mengutamakan penanaman padi, masyarakat sekitar
dapat menanam varietas tanaman lain selain padi.
Tidak sampai di sini saja, untuk
mendapatkan hasil produksi tanaman yang lebih maksimal, masyarakat sekitar
dapat menggunakan pupuk kompos yang sebelumnya telah dibuat dari bahan
rumput-rumputan tadi. Dengan denikian, kita dapat menciptakan hubungan baik
yang dapat saling member manfaat dari peristiwa bencana-bencana tersebut.
3. Masalah selanjutnya adalah tentang
aliran air permukaan yang disebabkan oleh air hujan. Pohon-pohon di hutan yang
terus berkurang akibat pembakaran hutan menjadikan air hujan yang turun tidak
ada yang menghadang. Akar-akar pohon yang berfungsi menampung air hujan tidak
lagi mampu melakukannya akibat berkurangnya jumlah pohon. akibatnya air hujan
yang mengalir secara berlebihan dari hutan menuju lereng-lereng dapat
menyebabkan tanah longsor. Di sini kita dapat membuat sebuah solusi sederhana
yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah aliran air permukaan. Kita
dapat membuat parit-parit yang digunakan sebagai jalur-jalur air sehingga air
dapat dialirkan secara terarah. Dengan demikian potensi longsor oleh air
permukaan dapat dikurangi intensitasnya. Selain itu kita dapat meneruskan
jalur-jalur air tersebut menuju lahan-lahan terasering sehingga
dapat kita manfaatkan untuk mengairi lahan-lahan terasering tersebut.
Sumber:
[1] Indriyanto, Ekologi
Hutan, Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara, 2006, hlm. 5
Soeriaatmadja, R. E., 1997,
Ilmu Lingkungan, Bandung: Penerbit ITB.
No comments:
Post a Comment
Don't forget to give your's comennt :)
Thanks for a lot