Pages

Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Sunday, July 13, 2014

FAKTOR MENANG / KALAH PRESIDEN PILIHANKU

Dua kubu bertarung memang paling pas. Yang utama sekali adalah penghematan anggaran negara. Kalau hanya ada Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta, otomatis pilpres hanya berlangsung satu putaran. Membuat prediksi kemenangan diantara dua kubu juga jauh lebih mudah, karena selalu arahnya ya kalau tidak situ, sini!. Simple khan?.

Beberapa kali saya membaca hasil survey yang mengatakan bahwa pemilih Prabowo  kebanyakan laki laki. Setuju….! karena dari lingkungan terdekat, saya juga mengadakan survey kecil kecilan menanyakan ke tetangga, sopir, warung langganan tempat saya biasa membeli ikan bakar, dan para sahabat ; sebagian besar  pemilih Prabowo adalah laki laki. Alasannya ringkas : Karena Prabowo kelihatan lebih gagah dan mantan jendral.
Wah, ternyata pria banyak yang  terobsesi dengan urusan militer,  “senjata”  dan kegagahan.

Karena Jokowi adalah calon Presiden pilihan saya, maka saya lebih tertarik membahasnya  lebih rinci, dan mengulasnya lewat artikel : Jokowi bakal menang karena faktor emak emak!.
Semua pendukung fanatik Jokowi disekitar saya, kebanyakan wanita. Dari hasil wawancara dan investigasi, inilah beberapa alasan mengapa Jokowi bakal menang karena disukai emak emak :

- Jokowi tipe family man. Lha ya namanya emak emak yang lebih dulu dilihat dan diperhatikan adalah faktor kerukunan rumah tangga.  Dalam hal ini Jokowi menang selangkah karena terlihat rukun dan damai dengan istri tercinta.
Memiliki tiga orang anak yang semuanya beranjak dewasa dan tumbuh baik. Tidak pernah kedengaran ada kasus narkoba, atau nabrak orang hingga tewas. Pokoknya sejauh ini keluarga Jokowi hidup rukun, saling menyayangi dan sakinah.

- Jokowi tidak poligami. Lha itu jelas terbaca di buku nikah bahwa istrinya tidak mau dipoligami, dan tentu saja dengan melakukan akad nikah, berarti semua syaratnya sudah dibaca dan disanggupi.
Dimana mana wanita anti dengan poligami dan istri kedua. Lihat saja emak emak kebanyakan pada nyinyir dan resah dengan Mulan. Terlepas dari kekurangan Maia sebagai istri, emak emak alergi dengan kisah istri dikhianati. Kisah Aa Gym yang ditinggalkan penggemar, sebagian besar emak emak, menjadi contoh yang baik bagi para suami mapan yang mulai berpikir neko neko….

- Jokowi romantis. Hah ? wajah ndeso begitu kok bisa dibilang  romantis? Wah… jangan salah…pria penggemar musik rock sesungguhnya memiliki sisi “liar” yang digilai wanita. Kalau disimak lirik lagu rock yang bertemakan nuansa cinta, maka itu bisa membuat lutut wanit lemas tak berdaya.

- Jokowi lemah lembut. Ya saya sih kurang paham bagaimana rasanya bersuamikan jendral yang kalau bicara tegas dan terkesan memerintah. Suami saya dokter  bukan jendral. Bicaranya lemah lembut menyejukkan hati. Tidak heran pasiennya bejibun. Selain otaknya encer, orangnya perhatian dan sabar.
Sifat yang sama terlihat dalam diri Jokowi. Emak emak itu umumnya cerewet, tapi memiliki hati selembut salju. kalau dibilangin baik baik, apalagi pake dipeluk dan diusap kepalanya…wah sudah deh….. nyungseeep… nyungseeep. Luluh tak berdaya. Diminta apa juga boleeeh.

-Jokowi tidak memiliki hobby aneh aneh. Nah definisi aneh aneh ini sebenarnya ungkapan dari sesuatu yang tidak biasa. Emak emak itu khan maunya yang biasa dan wajar wajar saja. Hitung hitungan khas emak emak itu selalu membandingkan segala sesuatu dengan yang umum di depan mata.

Kalau harus keluar duit milyaran untuk sebuah kuda, di mata emak emak itu jadi aneh, karena yang langsung terpikir adalah daripada beli kuda, mending beli rumah lagi.  Lagian emang kuda milyaran bisa dimintai tolong untuk memijit kaki yang pegal?.

Nah, pria yang dimata emak emak itu tidak aneh aneh, justru mendapat simpati besar dan lebih disukai. Tidak aneh aneh itu contoh lainnya adalah senang blusukan ke pasar dan bukan blusukan ke diskotik dan nightclubs. Tidak aneh aneh itu artinya kalau pulang kantor ya langsung kerumah dan tidak nongkrong bersama teman teman ngarang puisi segala.

Kalaupun perbandingan pria dan wanita di Indonesia adalah sama, maka Jokowi yang bakal menang karena di Indonesia pada khususnya, lebih banyak pria takut istri yang tidak mau ribet dan lebih suka mengiyakan saja daripada panjang ceritanya.

Kita tahu 12 lembaga survey di Indonesia telah melakukan quick count pada tanggal 9 Juli yang lalu, dan hasil dari 8 lembaga survey meyakini pilpres dimenangkan oleh pasangan Jokowi dan JK. Dan 4 sisa lembaga survey lainnya memenangkan kubu Prabowo dan Hatta. Disini terdapat 2 versi yang berbeda, dikarenakan ada lembaga survey yang tidak kredibel yang hanya memihak di salah satu kubu saja.

Menurut saya menangnya Jokowi dan JK pada hasil quick count tersebut dilatarbelakangi dari segala issu – issu negative yang mengarah kepada pasangan Jokowi dan JK, berupa kampanye hitam, tuduhan – tuduhan, segala macam fitnah yang dilontarkan kepada dirinya, tetapi Jokowi dan JK tetap tak menanggapi akan perihal itu. Mungkin hanya segelintir orang yang ingin menjatuhkan pasangan Jokowi dan JK dengan menebar – menebar fitnah dan issu – issu yang tak benar.

Sumber:
http://politik.kompasiana.com/2014/05/20/jokowi-bakal-menang-karena-faktor-emak-emak-656547.html

Friday, July 4, 2014

MOBIL TANPA SUPIR DARI GOOGLE

Perusahaan Google mulai membuat mobil tanpa sopir dan berharap bisa menguji cobanya tahun ini juga. "Mobil ini tidak akan memiliki setir, pedal gas atau rem. Karena mobil ini tidak memerlukannya. Software dan alat sensor kami yang melakukan pekerjaan tersebut," demikian tulisan Google dalam blognya Selasa (27/05/14). Hanya ada tombol untuk 'jalan' dan 'berhenti'.
Google berencana memproduksi sekitar 100 kendaraan prototipe. Akhir tahun ini, pengemudi tes Google akan mulai menguji versi awal dengan pengendali manual. "Jika berjalan mulus, kami akan meluncurkan program pertama secara kecil-kecilan di Kalifornia dalam dua tahun ke depan," tambah Google.
Mobil Google ini tidak bisa melaju dengan cepat. Batas kecepatan maksimalnya hanya 40 km per jam dan hanya bisa menampung dua orang. Menurut harian San Jose Mercury News, mobil ini menggunakan baterai, memiliki penahan angin yang felksibel dan penutup bagian depan mobil yang terbuat dari materi mirip busa.

Sumber:

TEKNOLOGI GARIS GAWANG

Piala Dunia Brazil 2014 merupakan ajang piala dunia FIFA pertama yang melengkapi wasitnya dengan bantuan teknologi untuk menentukan apakah bola melewati garis gawang. Setelah hadirnya beberapa gol kontroversial yang menyebabkan perdebatan panjang terjadi di beberapa tahun terakhir, FIFA akhirnya mengimplementasikan teknologi garis gawang tersebut pada turnamen piala dunia kali ini, demikian dilaporkan Venture Beat (22/6/2014).

Setelah mempertimbangkan dan menguji beberapa perusahaan termasuk Cairos, Hawk-Eye dan GoalRef, akhirnya FIFA memberi akses kepada GoalControl, perusahaan asal Jerman, untuk menginstal 14 kamera kecepatan tinggi di setiap stadion. Masing-masing garis gawang diawasi oleh 7 kamera yang dipasang di berbagai titik di bagian atas stadion atau atap. Kamera-kamera tersebut mampu membidik 500 frame per detik dan mengirimkan gambar-gambar tersebut ke komputer pengolah gambar melalui kabel fiber optik.

“Posisi bola secara terus menerus dan otomatis dibidik dalam koordinat 3D dan indikasi apakah gol telah tercetak segera dikonfirmasi kurang dari satu detik melalui jam tangan yang dikenakan masing-masing wasit atau petugas pertandingan,” demikian penjelasan di situs FIFA. Jam tangan tersebut akan bergetar dan tulisan ‘GOAL‘ berkedap kedip sekitar sedetik setelah bola melewati garis gawang.

Salah satu penyebab yang mendorong keputusan FIFA untuk melibatkan teknologi garis gawang tersebut pada Piala Dunia Brazil 2014 adalah gol kontroversial yang terjadi di pertandingan Piala Dunia 2010 antara kesebelasan Inggris dan Jerman. Saat itu, gol dari Frank Lampard yang membobol gawang Jerman dianulir meski rekaman jaringan TV menunjukan bola telah melintasi garis gawang sebelum memantul ke tangan kiper Jerman. Pertandingan tersebut berakhir dengan kemenangan Jerman 4-1.
Dalam sepak bola, teknologi garis gawang (Inggris: goal-line technology disingkat GLT) merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menentukan bilamana bola telah sepenuhnya melewati garis gawang dengan bantuan berbagai perangkat elektronik dan pada saat yang sama membantu wasit dalam menyatakan sebuah gol telah terjadi atau tidak. GLT tidak ditujukan untuk menggantikan peran wasit dan para hakim garis, namun lebih membantu mereka dalam membuat keputusan di lapangan pertandingan. GLT harus memberikan sebuah indikasi yang jelas mengenai apakah bola telah sepenuhnya melewati garis gawang dan informasi ini nantinya berperan untuk membantu wasit dalam membuat keputusan akhir.[1] Dilatarbelakangi oleh beberapa keputusan kontroversial pada sejumlah pertandingan Liga Utama Inggris, Piala Dunia FIFA 2010, dan Euro 2012, FIFA (yang sebelumnya menolak penggunaan teknologi ini) melakukan pengujian terhadap beberapa kandidat potensial untuk teknologi garis gawang. Sembilan buah sistem diuji pada tahap awal, namun hanya dua buah sistem bertahan.
Pada 5 Juli 2012, International Football Association Board secara resmi menyetujui penggunaan teknologi garis gawang. Kedua sistem yang disetujui yakni GoalRef dan Hawk-Eye —keduanya sistem yang diuji pada pengujian tahap kedua. Pada bulan Desember 2012, FIFA mengumumkan bahwa mereka akan memperkenalkan teknologi garis gawang untuk pertama kalinya dalam sebuah pertandingan kompetitif pada Piala Dunia Antarklub FIFA 2012 di Jepang.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_garis_gawang
http://news.hargatop.com/2014/06/23/garis-gawang-teknologi-tinggi-di-piala-dunia-brazil-2014/413513.html

KRITERIA PRESIDEN PILIHANKU

Presiden Seperti Apa yang Dibutuhkan Indonesia 2014 Nanti?
Pemilihan presiden 2014 sudah semakin dekat dan kian mendekat. Rakyat menanti dengan penuh pengharapan, siapa kira-kira yang akan memimpin negeri ini. Siapa yang akan menghantar mereka pada perubahan dan pembaharuan? Lantas seperti apa kira-kira presiden terpilih itu akan memimpin, apakah ia akan menjadi pemimpin yang memandang sebelah mata rakyat yang ia pimpin, amanat penderitaan rakyat, atau ia akan mampu menjadi pemimpin yang bijak dan mengabdi sepenuh-penuhnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang dipimpinnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus muncul. Lalu seperti apakah kriteria pemimpin ideal yang dibutuhkan negara kita untuk kepemimpinan masa depan? Setiap orang tentu memiliki kriteria masing-masing. Saya pribadi melihat dari sisi urgensi serta kepentingan bangsa dan negara untuk jangka waktu yang lama. Artinya begini, kita membutuhkan pemimpin yang memiliki kriteria-kriteria ideal untuk situasi paling mendesak yang dihadapi bangsa ini, serempak kriteria tersebut harus berlaku juga, doable dan applicable dalam meniti masa depan bangsa ini jauh ke depannya. Membawa bangsa ini melewati tahun-tahun kelam maupun tahun-tahun kelam maupun tahun-tahun cemerlang, sampai akhirnya mampu mencapai cita-cita bangsa secara utuh seperti yang diharapkan dan sudah tercatat manis dalam Pancasila, UUD 1945 dan GBHN.

Mungkin sekali banyak yang bertanya apakah susah atau gampang menjadi Presiden di republik ini? Tidak sedikit yang menjawabnya, “ah gampang kok! apa sih susahnya?”. Tapi ada juga yang bilang, “jangan pikir memimpin negeri ini gampang…susahnya minta ampun!” Tapi kenyataannya susah atau gampang sih? Jawabannya tidak gampang. Maksudnya jadi presiden republik ini tidak gampang, kalau ia mau disebut pemimpin yang baik, berhasil, dan ideal. Banyak yang harus ia miliki.

Kriteria Presiden Ideal Indonesia
Sekurang-kurangnya saya mencatat beberapa hal mendasar yang harus ia miliki untuk memimpin bangsa yang besar, kaya, dan majemuk ini. Apa itu? Ini dia…

Pertama, ia harus memahami ideologi dan budaya Indonesia secara utuh, lengkap, dan benar.
Ia harus meyakini dan percaya sepenuh-penuhnya bahwa Pancasila adalah landasan perjuangannya, dan secara sungguh-sungguh mengerti apa makna dari ke lima sila yang ada di situ. Bukan sekedar mampu menghafalnya, tapi memahami makna terdalam dari ideologi negara kita. Secara bersamaan, dengan melihat perjalanan bangsa Indonesia sejak lahirnya bangsa ini  sampai saat ini, maka ia harus mempunyai pemahaman yang mumpuni tentang akar budaya yang dimiliki bangsa kita. Sebab dengan demikian, ia akan mampu memilah dan memisahkan mana yang pantas untuk Indonesia dan mana yang tidak.

Kedua, ia harus memiliki skill kepemimpinan yang bagus dan tidak otoriter. Apa artinya? Begini. Seorang presiden yang tidak tahu memimpin sudah barang tentu akan menghantar bangsa ini pada kehancuran. Kemampuan memimpin bukan tergantung pada kehebatan ia memerintah orang. Ketegasan itu perlu. Tapi intisari dari keterampilan memimpin adalah kemampuan dan kemauan ia untuk mendengar suara rakyat yang dipimpinnya. Kemampuan mendengar ini akan menjaga tingkah lakunya supaya tidak serta merta menjadi otoriter. Pemimpin yang tegas dan keras tanpa kerelaan untuk mendengar akan menjadikannya seorang pemimpin atau presiden yang otoriter.

Ketiga, ia harus mampu merangkul semua golongan. Ketika bangsa kita begitu rentan terhadap perpecahan, pertikaian, dan saling serang karena perbedaan dan kepelbagaian, maka sangat dibutuhkan pemimpin yang mampu menyatukan dan mengayomi semua unsur yang berbeda tersebut. Bukan dengan maksud menyeragamkan, tapi menjaga dan mengutuhkan yang berbeda-beda tersebut tetap dalam bingkai persatuan. Pemimpin yang mampu berdiri di atas banyak kepentingan, dan beragam perbedaan itulah yang bangsa ini butuhkan kedepannya.

Keempat, ia tentu saja harus mempunyai integritas. Artinya begini. Dimata hukum dan di mata banyak orang ia haruslah bersih dari segala macam catatan hitam dan buruk, umpamanya riwayat hebat dalam berkorupsi, berkolusi, dan bernepotisme. Untuk memimpin Indonesia lebih baik dan lebih maju lagi ke depannya, maka integritas masih merupakan keharusan bagi mereka yang berkeinginan menjadi presiden di republik ini.

Kelima, ia mesti jujur. Kenapa kejujuran semakin mahal harganya di negeri kita ini? Karena seperti dalam kehidupan sehari-hari, semakin langka sesuatu itu akan semakin mahal harganya. Nah, barangkali pemimpin yang benar-benar jujur di negeri kita sudah semakin susah dijumpai. Bangsa ini sangat membutuhkan pemimpin yang jujur oleh karena tanpa kejujuran, segala sesuatu akan sangat mudah diselewengkan. Kejujuran adalah salah satu kriteria calon presiden kita. Tidak bisa ditawar-tawar. Sesuatu yang mau tidak mau harus ada.

Keenam, ia mesti setia. Kesetiaan tidak melulu soal setia kepada pasangan hidup kita, tapi juga kesetiaan terhadap janji atau sumpah jabatan. Sudah terlalu sering ada pernyataan dan janji dari seorang pemimpin bahwa ia tidak akan korupsi, tapi lalu dikemudian hari mereka akhirnya terbukti melanggar janji dan sumpah mereka sendiri. Kita membutuhkan seorang presiden yang benar-benar bisa memegang janji dan sumpah yang sudah ia ucapkan.

Ketujuh, ia harus menjadi teladan dan panutan. Bagaimana supaya ia diteladani? Pertama-tama tentu ia harus bisa memberikan keteladanan sebagai seorang pemimpin bangsa. Apa yang bisa diteladani dan dipanuti kalau ia adalah seorang yang korup, suka menyeleweng, tidak tegas, mudah ditipu bangsa asing, gampang marah tanpa sebab? Jadi ia harus membuktikan dulu bahwa dirinya memang pantas diteladani dan dipanuti oleh rakyat yang ia pimpin.

Kedelapan, ia harus seseorang yang nasionalis terbuka. Artinya begini, calon presiden kita mesti memiliki nasionalisme yang kuat. Dengan demikian ia akan mencintai rakyat yang ia pimpin. Ia tidak akan pernah membiarkan rakyatnya “dijajah” bangsa asing. Apa-apa yang ia lakukan adalah demi menyejahterakan rakyat. Tapi juga di sisi lain ia harus terbuka terhadap globalisasi dan tidak menutup mata terhadap negara-negara lain. Adalah tidak elok seorang pemimpin sebuah negara besar yang memiliki nasionalisme buta. Calon presiden kita harus nasionalis terbuka dan bukan nasionalis buta.

Kesembilan, ia harus memiliki loyalitas. Bukan hanya anak buah yang dituntut untuk memiliki loyalitas. Tidak hanya rakyat dan bawahan yang mesti loyal. Pemimpin pun termasuk presiden harus memiliki loyalitas dalam bekerja. Kepada siapa ia harus loyal? Kepada dan terhadap amanat rakyat. Kepada dan terhadap tugas dan tanggung-jawab dia sebagai presiden. Oleh karena itu presiden yang layak memimpin bangsa ini, adalah mereka yang punya loyalitas mumpuni. Bukan loyalitas lips service semata. Ketika ia belum mampu dan tidak berani berkorban sesuatu demi rakyat yang ia pimpin. Atau berkorban demi tugas yang ia emban, maka ia belum pantas disebut pemimpin yang ideal.

Kesepuluh, ia harus mampu hidup sederhana. Memiliki gaya hidup bersahaja. Memaknai hidup sederhana adalah juga cara untuk merasakan dan turut meresapi penderitaan begitu banyak rakyat yang masih hidup pas-pasan. Menjalani hidup sederhana menunjukkan betapa ia peduli, dan terpanggil untuk semakin menyelami bahwa kita tidak boleh berpesta pora dan bersenang-senang dengan kemewahan di atas begitu banyak penderitaan orang lain. Alangkah nistanya pemimpin yang bergelimang harta kekayaan, hidup penuh kemewahan tapi tak mau peduli dengan puluhan juta penduduk yang sangat miskin. Mampu hidup sederhana adalah juga wujud toleransi terhadap yang papah dan miskin. Mereka yang mungkin hanya bisa tidur beralaskan daun pisang, makan di atas kertas koran, dan minum dari tampungan air hujan.

Kesebelas, ia tidak boleh terlalu tua, tapi jangan juga terlalu muda. Usianya harus berada pada posisi optimal dalam memimpin. Apabila pimpinan kita terlalu tua maka ia ibarat seorang kakek yang hanya akan mampu memberi nasehat tanpa sanggup berbuat apa-apa lagi. Kalau ia terlalu muda, ia akan gampang memutuskan sesuatu berdasarkan emosi sesaat, karena jam terbang belum banyak dan masih kurang pengalaman. Kalau terlalu muda, jangan-jangan mesti dijewer dulu telinganya baru mau kerja. Mesti dicmabuk dulu pantatnya baru mau mengambil tindakan nyata. Ragu-ragu dalam memutuskan.

Keduabelas, ia haruslah orang yang tidak mudah untuk dihasut dan terhasut. Artinya, seorang pemimpin bangsa harus punya pendirian tegas, dan jangan gampang dipengaruhi oleh bisikan kiri-kanan yang tak jelas, apalagi bisikan dari mereka yang hanya tahu mengadu domba dan mencari keuntungan semata. Pemimpin yang sangat mudah terpengaruh oleh “bisikan” semata, adalah pemimpin yang tidak punya prinsip. Masukan boleh dijadikan petimbangan, tapi ia harus mampu membedakan mana masukan dan mana bisikan menyesatkan. Kan lucu jadinya bila seorang pemimpin negara besar, tapi gampang sekali dipengaruhi dan dihasut untuk sesuatu yang tidak jelas.

Akhirnya, marilah kita berharap bersama bahwa negeri kta tercinta ini nantinya akan dipimpin seorang presiden yang benar-benar mengabdikan dirinya untuk rakyat yang ia pimpin. Yang menganggap bahwa rakyatnya adalah keluarganya, menyakiti hati rakyat sama artinya dengan menyakiti keluarganya sendiri. Bahwa presiden yang akan memimpin kita, adalah benar-benar sosok yang mengerti betul arti menyejahterakan masyarakat seutuhnya. Sebagaimana ia berusaha menyejahterakan dan membahagiakan seisi rumahnya, demikian pula yang akan ia lakukan untuk rakyat yang ia pimpin. Apalagi negara kita sudah terkenal sebagai negara yang sesungguhnya sangat kaya, dan subur, dan diberkati. Maka jangan sampai kemiskinan semakin bertambah. Jangan sampai pengibaratan anak ayam yang mati di lumbung padi berlaku di negeri yang kaya ini. The Golden Rule simply stated, treat others the way you would like to be treated.

Note: Apakah calon-calon yang sementara menghangat ini sudah ideal menurut kriteria Anda masing-masing? Andalah sebagai rakyat yang diberi kuasa untuk menilainya. Siapapun calon Anda, semoga mereka memang benar-benar pemimpin yang memiliki kebijakan dan kebajikan yang sungguh.

Sumber:
http://kmiftah.blogspot.com/2012/07/presiden-pilihan-rakyat.html