Presiden
Seperti Apa yang Dibutuhkan Indonesia 2014 Nanti?
Pemilihan presiden 2014 sudah
semakin dekat dan kian mendekat. Rakyat menanti dengan penuh pengharapan, siapa
kira-kira yang akan memimpin negeri ini. Siapa yang akan menghantar mereka pada
perubahan dan pembaharuan? Lantas seperti apa kira-kira presiden terpilih itu
akan memimpin, apakah ia akan menjadi pemimpin yang memandang sebelah mata
rakyat yang ia pimpin, amanat penderitaan rakyat, atau ia akan mampu menjadi pemimpin
yang bijak dan mengabdi sepenuh-penuhnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat yang dipimpinnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terus muncul. Lalu
seperti apakah kriteria pemimpin ideal yang dibutuhkan negara kita untuk
kepemimpinan masa depan? Setiap orang tentu memiliki kriteria masing-masing.
Saya pribadi melihat dari sisi urgensi serta kepentingan bangsa dan negara
untuk jangka waktu yang lama. Artinya begini, kita membutuhkan pemimpin yang
memiliki kriteria-kriteria ideal untuk situasi paling mendesak yang dihadapi
bangsa ini, serempak kriteria tersebut harus berlaku juga, doable dan applicable dalam
meniti masa depan bangsa ini jauh ke depannya. Membawa bangsa ini melewati
tahun-tahun kelam maupun tahun-tahun kelam maupun tahun-tahun cemerlang, sampai
akhirnya mampu mencapai cita-cita bangsa secara utuh seperti yang diharapkan
dan sudah tercatat manis dalam Pancasila, UUD 1945 dan GBHN.
Mungkin
sekali banyak yang bertanya apakah susah atau gampang menjadi Presiden di
republik ini? Tidak sedikit yang menjawabnya, “ah gampang kok! apa sih
susahnya?”. Tapi ada juga yang bilang, “jangan pikir memimpin negeri ini
gampang…susahnya minta ampun!” Tapi kenyataannya susah atau gampang sih?
Jawabannya tidak gampang. Maksudnya jadi presiden republik ini tidak gampang,
kalau ia mau disebut pemimpin yang baik, berhasil, dan ideal. Banyak yang harus
ia miliki.
Kriteria
Presiden Ideal Indonesia
Sekurang-kurangnya
saya mencatat beberapa hal mendasar yang harus ia miliki untuk memimpin bangsa
yang besar, kaya, dan majemuk ini. Apa itu? Ini dia…
Pertama, ia
harus memahami ideologi dan budaya Indonesia secara utuh, lengkap, dan benar.
Ia harus meyakini dan percaya sepenuh-penuhnya bahwa Pancasila adalah landasan perjuangannya, dan secara sungguh-sungguh mengerti apa makna dari ke lima sila yang ada di situ. Bukan sekedar mampu menghafalnya, tapi memahami makna terdalam dari ideologi negara kita. Secara bersamaan, dengan melihat perjalanan bangsa Indonesia sejak lahirnya bangsa ini sampai saat ini, maka ia harus mempunyai pemahaman yang mumpuni tentang akar budaya yang dimiliki bangsa kita. Sebab dengan demikian, ia akan mampu memilah dan memisahkan mana yang pantas untuk Indonesia dan mana yang tidak.
Ia harus meyakini dan percaya sepenuh-penuhnya bahwa Pancasila adalah landasan perjuangannya, dan secara sungguh-sungguh mengerti apa makna dari ke lima sila yang ada di situ. Bukan sekedar mampu menghafalnya, tapi memahami makna terdalam dari ideologi negara kita. Secara bersamaan, dengan melihat perjalanan bangsa Indonesia sejak lahirnya bangsa ini sampai saat ini, maka ia harus mempunyai pemahaman yang mumpuni tentang akar budaya yang dimiliki bangsa kita. Sebab dengan demikian, ia akan mampu memilah dan memisahkan mana yang pantas untuk Indonesia dan mana yang tidak.
Kedua, ia
harus memiliki skill kepemimpinan yang bagus dan tidak otoriter. Apa artinya?
Begini. Seorang presiden yang tidak tahu memimpin sudah barang tentu akan
menghantar bangsa ini pada kehancuran. Kemampuan memimpin bukan tergantung pada
kehebatan ia memerintah orang. Ketegasan itu perlu. Tapi intisari dari
keterampilan memimpin adalah kemampuan dan kemauan ia untuk mendengar suara
rakyat yang dipimpinnya. Kemampuan mendengar ini akan menjaga tingkah lakunya
supaya tidak serta merta menjadi otoriter. Pemimpin yang tegas dan keras tanpa
kerelaan untuk mendengar akan menjadikannya seorang pemimpin atau presiden yang
otoriter.
Ketiga, ia
harus mampu merangkul semua golongan. Ketika bangsa kita begitu rentan terhadap
perpecahan, pertikaian, dan saling serang karena perbedaan dan kepelbagaian,
maka sangat dibutuhkan pemimpin yang mampu menyatukan dan mengayomi semua unsur
yang berbeda tersebut. Bukan dengan maksud menyeragamkan, tapi menjaga dan
mengutuhkan yang berbeda-beda tersebut tetap dalam bingkai persatuan. Pemimpin
yang mampu berdiri di atas banyak kepentingan, dan beragam perbedaan itulah
yang bangsa ini butuhkan kedepannya.
Keempat, ia
tentu saja harus mempunyai integritas. Artinya begini. Dimata hukum dan di mata
banyak orang ia haruslah bersih dari segala macam catatan hitam dan buruk,
umpamanya riwayat hebat dalam berkorupsi, berkolusi, dan bernepotisme. Untuk
memimpin Indonesia lebih baik dan lebih maju lagi ke depannya, maka integritas
masih merupakan keharusan bagi mereka yang berkeinginan menjadi presiden di
republik ini.
Kelima, ia mesti jujur. Kenapa
kejujuran semakin mahal harganya di negeri kita ini? Karena seperti dalam
kehidupan sehari-hari, semakin langka sesuatu itu akan semakin mahal harganya.
Nah, barangkali pemimpin yang benar-benar jujur di negeri kita sudah semakin
susah dijumpai. Bangsa ini sangat membutuhkan pemimpin yang jujur oleh karena
tanpa kejujuran, segala sesuatu akan sangat mudah diselewengkan. Kejujuran
adalah salah satu kriteria calon presiden kita. Tidak bisa ditawar-tawar.
Sesuatu yang mau tidak mau harus ada.
Keenam, ia mesti setia.
Kesetiaan tidak melulu soal setia kepada pasangan hidup kita, tapi juga
kesetiaan terhadap janji atau sumpah jabatan. Sudah terlalu sering ada
pernyataan dan janji dari seorang pemimpin bahwa ia tidak akan korupsi, tapi
lalu dikemudian hari mereka akhirnya terbukti melanggar janji dan sumpah mereka
sendiri. Kita membutuhkan seorang presiden yang benar-benar bisa memegang janji
dan sumpah yang sudah ia ucapkan.
Ketujuh, ia
harus menjadi teladan dan panutan. Bagaimana supaya ia diteladani? Pertama-tama
tentu ia harus bisa memberikan keteladanan sebagai seorang pemimpin bangsa. Apa
yang bisa diteladani dan dipanuti kalau ia adalah seorang yang korup, suka
menyeleweng, tidak tegas, mudah ditipu bangsa asing, gampang marah tanpa sebab?
Jadi ia harus membuktikan dulu bahwa dirinya memang pantas diteladani dan
dipanuti oleh rakyat yang ia pimpin.
Kedelapan,
ia harus seseorang yang nasionalis terbuka. Artinya begini, calon presiden kita
mesti memiliki nasionalisme yang kuat. Dengan demikian ia akan mencintai rakyat
yang ia pimpin. Ia tidak akan pernah membiarkan rakyatnya “dijajah” bangsa
asing. Apa-apa yang ia lakukan adalah demi menyejahterakan rakyat. Tapi juga di
sisi lain ia harus terbuka terhadap globalisasi dan tidak menutup mata terhadap
negara-negara lain. Adalah tidak elok seorang pemimpin sebuah negara besar yang
memiliki nasionalisme buta. Calon presiden kita harus nasionalis terbuka dan
bukan nasionalis buta.
Kesembilan,
ia harus memiliki loyalitas. Bukan hanya anak buah yang dituntut untuk memiliki
loyalitas. Tidak hanya rakyat dan bawahan yang mesti loyal. Pemimpin pun
termasuk presiden harus memiliki loyalitas dalam bekerja. Kepada siapa ia harus
loyal? Kepada dan terhadap amanat rakyat. Kepada dan terhadap tugas dan
tanggung-jawab dia sebagai presiden. Oleh karena itu presiden yang layak
memimpin bangsa ini, adalah mereka yang punya loyalitas mumpuni. Bukan
loyalitas lips service semata. Ketika ia belum mampu dan tidak
berani berkorban sesuatu demi rakyat yang ia pimpin. Atau berkorban demi tugas
yang ia emban, maka ia belum pantas disebut pemimpin yang ideal.
Kesepuluh,
ia harus mampu hidup sederhana. Memiliki gaya hidup bersahaja. Memaknai hidup
sederhana adalah juga cara untuk merasakan dan turut meresapi penderitaan
begitu banyak rakyat yang masih hidup pas-pasan. Menjalani hidup sederhana
menunjukkan betapa ia peduli, dan terpanggil untuk semakin menyelami bahwa kita
tidak boleh berpesta pora dan bersenang-senang dengan kemewahan di atas begitu
banyak penderitaan orang lain. Alangkah nistanya pemimpin yang bergelimang
harta kekayaan, hidup penuh kemewahan tapi tak mau peduli dengan puluhan juta
penduduk yang sangat miskin. Mampu hidup sederhana adalah juga wujud toleransi
terhadap yang papah dan miskin. Mereka yang mungkin hanya bisa tidur beralaskan
daun pisang, makan di atas kertas koran, dan minum dari tampungan air hujan.
Kesebelas, ia tidak boleh
terlalu tua, tapi jangan juga terlalu muda. Usianya harus berada pada posisi
optimal dalam memimpin. Apabila pimpinan kita terlalu tua maka ia ibarat
seorang kakek yang hanya akan mampu memberi nasehat tanpa sanggup berbuat
apa-apa lagi. Kalau ia terlalu muda, ia akan gampang memutuskan sesuatu
berdasarkan emosi sesaat, karena jam terbang belum banyak dan masih kurang
pengalaman. Kalau terlalu muda, jangan-jangan mesti dijewer dulu telinganya
baru mau kerja. Mesti dicmabuk dulu pantatnya baru mau mengambil tindakan
nyata. Ragu-ragu dalam memutuskan.
Keduabelas, ia haruslah orang
yang tidak mudah untuk dihasut dan terhasut. Artinya, seorang pemimpin bangsa
harus punya pendirian tegas, dan jangan gampang dipengaruhi oleh bisikan
kiri-kanan yang tak jelas, apalagi bisikan dari mereka yang hanya tahu mengadu
domba dan mencari keuntungan semata. Pemimpin yang sangat mudah terpengaruh
oleh “bisikan” semata, adalah pemimpin yang tidak punya prinsip. Masukan boleh
dijadikan petimbangan, tapi ia harus mampu membedakan mana masukan dan mana
bisikan menyesatkan. Kan lucu jadinya bila seorang pemimpin negara besar, tapi
gampang sekali dipengaruhi dan dihasut untuk sesuatu yang tidak jelas.
Akhirnya, marilah kita
berharap bersama bahwa negeri kta tercinta ini nantinya akan dipimpin seorang
presiden yang benar-benar mengabdikan dirinya untuk rakyat yang ia pimpin. Yang
menganggap bahwa rakyatnya adalah keluarganya, menyakiti hati rakyat sama
artinya dengan menyakiti keluarganya sendiri. Bahwa presiden yang akan memimpin
kita, adalah benar-benar sosok yang mengerti betul arti menyejahterakan
masyarakat seutuhnya. Sebagaimana ia berusaha menyejahterakan dan membahagiakan
seisi rumahnya, demikian pula yang akan ia lakukan untuk rakyat yang ia pimpin.
Apalagi negara kita sudah terkenal sebagai negara yang sesungguhnya sangat
kaya, dan subur, dan diberkati. Maka jangan sampai kemiskinan semakin
bertambah. Jangan sampai pengibaratan anak ayam yang mati di lumbung padi
berlaku di negeri yang kaya ini. The Golden
Rule simply stated, treat others the way you would like to be treated.
Note: Apakah
calon-calon yang sementara menghangat ini sudah ideal menurut kriteria Anda
masing-masing? Andalah sebagai rakyat yang diberi kuasa untuk menilainya.
Siapapun calon Anda, semoga mereka memang benar-benar pemimpin yang memiliki
kebijakan dan kebajikan yang sungguh.
Sumber:
http://kmiftah.blogspot.com/2012/07/presiden-pilihan-rakyat.html
No comments:
Post a Comment
Don't forget to give your's comennt :)
Thanks for a lot