KANG MAS DYAN'S BLOG: Resensi Tugas 2

Blogroll

Resensi Tugas 2

1. Data Publikasi
        a. Judul Artikel : 3 Jurus Sukses Menggunakan Sapi Potong
        b. Penulis : Rahmat, SPt dan Bagus Harianto
        c. Penerbit           : PT. AgroMedia Pustaka
        d. No. / Tanggal  : AP 9732.2012
        e. No. Halaman : vi + 100
        f. Tema : Peternakan


2.  Ringkasan
Sebagai salah satu komoditas utama penyuplai kebutuhan protein hewani dalam negeri, pasar penyerapan sapi potong masih terbuka lebar. Permintaannya terus beranjak naik setiap tahunnya. Dalam menjalankan usaha penggemukkan sapi potong sebaiknya calon peternak atau peternak bergabung dalam asosiasi atau kelompok ternak sapi potong, baik yang ada di daerah masing – masing maupun skala nasional. Langkah ini dinilai memiliki banyak keuntungan, mengingat dalam suatu kelompok ternak biasanya terdapat pihak – pihak yang dapat menunjang kelancaran usaha.

Adanya kelompok ternak atau asosiasi dapat membantu peternak untuk mengtahui berbagai informasi, seperti tren harga di berbagai daerah, ketersediaan pasokan bakalan, hingga kebijakan pemerintah yang sedang berjalan. Selain itu, asosiasi juga memudahkan peternak dalam memberikan masukkan kepada pemerintah mengenai kebijakan pasar peternakan sapi potong yang tentunya harus berpihak kepada rakyat. Jika tahap ini berjalan dengan baik, maka kemajuan bersama dunia peternakan sapi potong menjadi lebih tertata. Peternak pun tentunya bakal lebih sejahtera. Beberapa peternak ada yang menggabungkan usaha penggemukkan dengan usaha pembibitan sehingga kebutuhan bakalan bisa diperoleh sendiri. Cara ini patut dicontoh, tentunya disesuaikan dengan kemampuan finansial yang ada. Dengan system ini, peternak setidaknya tidak perlu khawatir untuk mendapatkan bakalan. 

Keberhasilan usaha penggemkkan sapi potong, terutama dalam hal menggenjot pertambahan bobot sapi, tidak terlepas dari tiga kunci sukses yang biasa disebut sebagai “segitiga produksi”. Kunci sukses yang pertama adalah memilih bakalan berkualitas. Karena itu, pahamilah jenis – jenis sapi potong berkualitas unggul dan ciri – ciri bakalan yang baik. Peternak sapi potong sebaiknya membeli bakalan dari peternak atau breeder yang lokasinya tidak jauh dari lokasi eternakan sehingga dapat menghemat biaya pengiriman bakalan. Namun, jika tidak terdapat bakalan berkualitas di lokasi yang cukup dekat, “pemburuan” bisa dilanjutkan ke daerah lain yang tentunya memiliki bakalan berkualitas sehingga usaha penggemukkan yang dijalankan bisa maksimal.

Membeli bakalan sapi potong, baik di pasar ternak maupun di tempat lain, harus berdasarkan harga timbangan. Jika belum memiliki pengalaman dalam memilih sapi bakalan yang berkualitas, ajaklah orang terpercaya yang lebih berpengalaman dan memang sudah ahli dibidangnya. Pasalnya, salah memilih bobot sapi di pasar ternak dapat menyebabkan salah memperikirakan harga per kilogram. Bahkan, bukan tidak mungkin bakalan yang dipilih merupakan jenis sapi yang pertumbuhannya lambat, sehingga proses penggemukkan pun menjadi tidak optimal.

“Segitiga produksi” yang kedua adalah memberikan pakan berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan sapi. Walupun bakalan yang dipilih merupakan bibit unggul, tetapi pakan yang diberikan berkualitas jelek, maka pertambahan bobot sapi menjadi tidak maksimal. Karena itu, perhatikanlah kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Prinsip penggunaan bahan pakan yang diterapkan adalah berpasangan. Tidak semua bahan baku cocok untuk dipadukan. Misalnya, bahan pakan yang memiliki sumber protein tinggi sebaiknya dipadukan dengan bahan lain yang memiliki sumber energy tingi pula. Jika tidak, serapan pakan tersebut menjadi kurang maksimal. Pembuatan pakan untuk ternak ruminansia – termasuk sapi potong – dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu manual dan otomatis. Prinsip pembuatannyapada umumnya sama seperti yang dilakukan para peternak, yaitu menggunakan konsep piramida. Bahkan pakan yang jumlahnya paling banyak diletakkan di bagian paling bawah, kemudian di atasnya ditambahkan bahan pakan yang jumlahnya lebih seikit. Begitu seterusnya hingga bahan pakan yang jumlahnya paling sedikit diletakkan di bagian paling atas.

Pengadukan bahan pakan dilakukan hingga keseluruhan bahan tercampur sempurna (sehomogen mungkin). Selanjutnya, pakan dikemas dalam karung untuk segera diambil atau dikirim ke pemesan atau disimpan dalam gudang pakan untuk digunakan sendiri. Kalaupun ingin menerapkan peracikan pakan secara otomatis, maka dibutuhkan alat berupa mixer (mesin pencampuran atau pembuat pakan), bisa yang berbentuk horizontal maupun vertical. Keunggulan alat ini ialah pencampuran akan lebih sempurna, takaran bisa lebih tepat, proses lebih cepat dan tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit. Namun, biaya yang dibutuhkan untuk membeli mesin ini cukup besar. Jika usaha peternakan yang dijalankan masih skala kecil, peracikan pakan sebaiknya dilakukan secara manual. Berikut tahapan pencampuran bahan pakan racikannya:
Tebarkan pollard untuk bagian dasar campuran pakan sesuai dosis tertera, lalu ratakan dengan sempurna.
Tuangkan dedak padi di atasnya, ratakan.
Masukkan aci ke atas campuran pakan, ratakan.
Tambahkan onggok di atasnya, ratakan.
Masukkan bungkil kelapa, ratakan.
Taburkan mineral secara merata, disusul urea dan terakhir garam.
Aduk keseluruhan bahan pakan, lalu masukkan ke dalam karung yang telah dipersiapkan.
Timbang pakan racikan sesuai kebutuhan dan kapasitas karung, lalu tulis keterangan bobot pakan di bagian sisi depan karung.
Ikat rapat dengan tali rapia, lalu simpan di gudang pakan.

Proses penggemukkan sapi potong pada dasarnya tidak terlepas dari manajemen pemeliharaan yang diterapkan sejak persiapan kandang seelum bakalan datang, perlakuan terhadap bakalan yang baru datang, pemeliharaan sehari – hari hingga panen. Kondisi sapi yang tidak nyaman (stress) atau sikat tentunya menyebabkan nafsu makan berkurang, bahkan hilang. Akibatnya, pencapaian hasil pertambahan bobot sapi menjadi terhambat. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sapi stress sebagai berikut:
1. Tali Kekang Terlalu Kencang
Tali kekang yang terlalu kencang bisa mengakibatkan sapi tidak dapat bergerak leluasa, bahkan menyebabkan rasa sakit di bagian hidungnya. Akibatnya, sapi menjadi stress dan nafsu makannya menurun. Hal ini lambat laun akan berpengaruh terhadap pertumbuhan sapi yang menjadi tidak optimal.

2. Mental Sapi Terganggu
Sapi yang kondisi mentalnya terganggu, jika ditempatkan dalam satu kandang dengan sapi lain tentunya merasa tidak nyaman. Akibatnya, nafsu  makannya menjadi berkurang. Ciri sapi atau bakalan dengan kondisi seperti ini biasanya memiliki bulu agak lembap atau terasa kurang kering jika diraba. Sebagian peternak – terutama peternak yang sudah lama berkecimpung di dunia pemeliharaan sapi – meyakini sapi dengan kondisi seperti ini biasanya merupakan anakan dari pejantan yang masih muda.

3. Kualitas dan Rasa Pakan Kurang Sesuai dengan Kebutuhan atau Keinginan Sapi
Jenis pakan tertentu, seperti rumput legum, memang kurang disukai ternak. Kalaupun dimakan, jika konsumsinya lebih dari 40% justru dapat menyebabkan kembung. Selain rumput, konsentrat yang sudah kadaluwarsa dan kurang berkualitas juga tidak disukai ternak. Jadi, jangan sembarangan memberi makan pada ternak. Syarat pakan ternak yang diberikan intinya berkualitas, tidak berkompetisi dengan kebutuhan makan manusia, mudah didapat dan tidak berbahaya bagi ternak.

Apabila pertambahan bobot sapi potong sudah sesuai dengan potensi genetiknya, maka usaha penggemukkan dianggap berjalan baik. Namun, apabila pertambahan bobot harian berada di bawah kisaran angka potensial yang ada, harus segera dicari penyebabnya. Baik dari pakan yang diberikan sudah memenuhi persyaratan protein ataupun tingkat kecernaan atau bakalan terserang penyakit yang menyebabkan pertambahan bobot terhambat.

Saat ini, pemerintah tengah menggalakkan pembatasan kuota impor sapi dan daging sapi. Terbukti, pada tahun 2012 terjadi penurunan kuota impor sapi potong yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 impor daging sapi mencapai 156,8 ribu ton. Sementara itu, pada tahun 2012 setara dengan 283 ribu ekor sapi bakalan dan 34 ribu ton daging sapi beku. Sementara itu, pada tahun 2011 kuota impor berupa 395 ribu ekor sapi bakalan dan 80 ribu ton daging sapi beku.

Di satu pihak, tentunya hal ini bersifat positif karena pemerintah mulai berpikir untuk berpihak kepada masyarakat. Namun, di sisi lain para peternak dan pelaku usaha harus berpikir ekstra keras. Pasalnya, penyediaan kebutuhan sapi dalam negeri belum bisa diandalkan. Impor sapi potong memang tidak semestinya ditutup secara total. Hanya saja, kuota atau jumlah sapi yang diimpor harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri yang belum terpenuhi, sehingga tidak merusak harga jual sapi potong dalam negeri yang dampaknya justru menyulitkan peternak sapi dalam negeri terutama peternak rakyat untuk mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan.

Namun, tanpa adanya impor sapi potong juga dapat memberikan efek bagi peternak dan masyarakat. Kurangnya pasokan sapi potong justru menyebabkan harga jual daging sapi menjadi terlalu tinggi, sehingga semakin sulit dijangkau. Kondisi ini tentu semakin menurunkan tingakt konsumsi daging sebagai salah satu komponen pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kondisi lain, besarnya permintaan sapi potong yang tidak diimbangi dengan pasokan bakalan yang memadai akan menyebabkan terjadinya pemotongan sapi – sapi betina produktif. Pada akhirnya, justru semakin mengurangi potensi pertambahan populasi sapi potong, bahkan menurunkan potensi genetic sapi potong yang dibudidayakan.

Idealnya, pembatasan kuota impor sapi potong harus ditindaklanjuti dengan peningkatan program – program pembibitan sapi potong dalam negeri. Dengan demikian, lambat – laun masyarakat tidak lagi bergantung pada impor sapi potong. Selain itu, program jangka pendeknya juga harus menerapkan system efisiensi. Artinya, dalam usaha penggemukkan sapi potong diharpkan menggunakan pakan yang berkualitas dan manajemen penggemukkan yang baik agar kualitas dan persentase karkas yang dihasilkan cukup tinggi, tetapi harga perkilogram di tingkat pedagang tidak terlalu tinggi.

Memang bukan tugas mudah dan cepat untuk membuat negeri ini swasembada daging sapi, terlebih jika tidak ada kesamaan visi – misi dan koordinasi yang baik antara pemerintah, stakeholder dan peternak. Namun, program ini juga mustahil berjalan tanpa adanya dukungan sepenuh hati dari pemerintah kepada peternak rakyat.

3.  Keunggulan
Untuk desain sampul dari buku ini sangat bagus, dari segi warna, gambar, tulisan dan peletakkannya enak dipandang mata.
Isinya tidak membosankan, dikarenakan terdapat banyak gambar dan topiknya langsung menjurus ke pokok judul dari buku ini.
Terdapat langkah – langkah dalam pengembangan biakkan.
Terdapat prakiraan budget / biaya yang diperlukan dalam pembiakkan.
Menerangkan mengenai kiat – kiat sukses dalam menggemukkan sapi potong.

4.  Kelemahan
Tidak semua gambar pada setiap halaman tersebut berwarna.

5.  Pendapat Akhir / Saran
Menurut saya isi dari buku ini sangatlah bagus, dikarenakan di dalamnya terdapat berbagai langkah-langkah, cara penanganan, hingga pengembangbiakan sapi untuk bisa dijadikan bisnis yang sangat menguntungkan dan berguna. Tidak hanya itu terdapat juga manfaat – manfaat yang bisa ditarik setelah membaca buku ini, seperti halnya bisa memberikan pengarahan dan pembelajaran kepada masyarakat – masyarakat yang tinggal di desa untuk bisa mengembangkan peternakan sapi dalam hal pengelolaan sapi tersebut hingga manajemen pemasarannya, agar pengetahuan masyarakat di desa lambat laun terus berkembang dari waktu ke waktu. Untuk sarannya bagi penulis adalah lebih mengembangkan lagi tentang bisnis peternakan agar dapat di aplikasikan ke kehidupan nyata.

6.  Lampiran

No comments:

Post a Comment

Don't forget to give your's comennt :)
Thanks for a lot

Copyright © KANG MAS DYAN'S BLOG Urang-kurai